Asal Muasal Jeme Kite (Ogan/Semende)

Ada beberapa perbedaan tentang penuturan antara suku ogan dan semende, antara lain logat bahasa, dan beberapa kosakata yang berbeda. Kemungkinan besar perbedaan itu dipengaruhi oleh lingkungan dan keadaan alam tempat dimana mereka tinggal.

Tapi secara garis besar dan adat istiadat, keduanya memiliki budaya yang sama. Karena keduanya sama-sama berasal dari rumpun bahasa yang sama yaitu Bahasa Melayu Muda (Deutro Melayu). 

Untuk itu disini KJK akan memberikan informasi tentang asal muasal kedua suku tersebut.

1. Suku Ogan

Suku Ogan, merupakan komunitas masyarakat yang hidup di sepanjang pinggiran Sungai Ogan Sumatera Selatan. Suku ini dikelompokkan sebagai Pendukung Budaya Melayu Muda (Deutro Melayu).

Bahasa masyarakat Suku Ogan, dikelompokan ke dalam Bahasa Melayu Tengah. Selain Suku Ogan, penutur dari Bahasa Melayu Tengah ini antara lain : Suku Semendo, Lintang, Kisam, Pasemah, Enim, Rambang, Lematang Ulu dan Kikim.

Dataran Tinggi Basemah

Dari kelompok Pendukung Budaya Melayu Muda di Sumatera Selatan, suku yang tertua adalah Suku Pasemah, yang mendiami Dataran Tinggi Basemah.

Berdasarkan temuan arkeologis, telah ada masyarakat yang hidup disekitar Dataran Tinggi Basemah, di masa 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM). Nampaknya, Dataran Tinggi Basemah ini, merupakan awal pemukiman dari masyarakat pendukung budaya Melayu Muda.

Leluhur Suku Ogan, diperkirakan berasal dari dataran tinggi ini, yang dikemudian hari “turun gunung”, untuk mencari lahan pemukiman yang baru. Keberadaan mereka dipinggiran Sungai Ogan, pada akhirnya berinteraksi dengan masyarakat lainnya, untuk kemudian membentuk satu kebudayaan tersendiri.





Kerajaan Sriwijaya, Negeri Melayu

Pada sekitar abad ke-7 Masehi, berdiri Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Kerajaan Sriwijaya ini, cikal bakal terbentuknya adalah melalui proses kesepakatan dari para tetua Pendukung Budaya Melayu Muda.

Kesepakatan tersebut kemudian mendapat dukungan dari berbagai suku dari daerah lain, seperti Suku Minangkabau, Suku Komering dan sebagainya. Sehingga terbentuklah sebuah kerajaan yang sangat kuat.

Diduga Sriwijaya berbentuk Negara Federasi, dimana Para Pemimpin Lokal masih memiliki kekuasaan di daerahnya. Kerajaan Sriwijaya, berdasarkan catatan sejarah, adalah Kerajaan Melayu terbesar yang pernah ada. Sistem Federasi yang diterapkan kerajaan ini, memungkinkan pengaruhnya hampir meliputi seluruh wilayah di Asia Tenggara.


Leluhur Suku Ogan

Setelah runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, masyarakat dipinggiran sungai ogan, mendapat pengaruh budaya dari para pendatang. Mereka kebanyakan datang dari Lampung dan Tanah Jawa.

Di masa Raden Ario Dillah (Sultan Abdullah) berkuasa, diperkirakan perkembangan Islam sangat pesat di Masyarakat Ogan. Keluarga Para Waliullah ini kemudian membaur dengan Suku Ogan, dan pada akhirnya menjadi bagian dari Leluhur Suku ini.

Berdasarkan Kisah Mitos serta Legenda yang ada, Leluhur Suku Ogan tersebut antara lain :

1.Sanghyang Sakti Nyata. Berdasarkan catatan masyarakat Lampung Pesisir Waylima, dikisahkan beliau memiliki 7 orang anak, yang kemudian menjadi leluhur bagi Suku Ogan, Rejang, Semende, Pasemah, Komering dan Lampung.

2. Ratu Sahibul (Arya Penangsang). Berdasarkan cerita masyarakat Ogan dan Kombering, Arya Penangsang tidak terbunuh di Tanah Jawa, beliau mengungsi ke pulau sumatera, dan makamnya sekarang berada di Indralaya Ogan Ilir.

Arya Penangsang diperkirakan hijrah pada sekitar tahun 1549M. Di awali dari Kadipaten Jipang, kemudian singgah di Kerajaan Banten, lalu dilanjutkan menuju Skala Brak (Lampung).

Dari Skala Brak ini rombongan beliau menuju ke Desa Tanjung Kemala (Kerajaan Abung di Lampung). Setelah sempat menetap di desa Tanjung Kemala, kemudian perjalanan dilanjutkan ke Surabaya Nikan (Ogan Komering Ulu).

Di Surabaya Nikan ini beliau sempat menetap cukup lama, disini beliau sempat menanam pohon kelapa sebanyak 40 batang serta meninggalkan batu lesung yang cukup besar.

Dari Surabaya Nikan ini, beliau kemudian membuat perkampuangan yang dikenal dengan nama Desa Gunung Batu. Di desa ini, beliau tinggal cukup lama, anak keturunan Arya Penansang, banyak berada di desa ini.

Perjalanan beliau berakhir di desa Indra Laya (Ogan Ilir) Sumatra Selatan, di desa inilah beliau wafat pada tahun 1611M.

Kehadiran Arya Penangsang di Sumatera Selatan, semakin diperkuat dengan keberadaan Keris Pusaka Setan Kober, yang disinyalir berada di wilayah ini.

2. Suku Semende


Berdasarkan hasil pelacakan sejarah yang telah dilakukan, maka ada beberapa bukti sejarah yang ditemukan :

1. Pada tahun 1650 masehi atau 1072 hijriyah telah bertemu sekitar 50 ’ulama di Perdipe, Sumatera Selatan.
2. Mereka berasal dari wilayah Rumpun Melayu yang meliputi Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Semenanjung Malaka, Fak-Fak- Papua, Ternate, dan Kepulauan Mindanau.
3. Hasil Mudzakarah ini memunculkan perluasan dakwah Islam yang berakibat terkikisnya faham anismisme dan budaya jahiliyah di masyarakat.
4. Munculnya kader-kader mujahid yang mengadakan perlawan terhadap penjajah Eropa.
5. Terjadinya perluasan wilayah Islam yang ditandai dengan munculnya Kesultanan yang baru yang masing-masing saling bekerjasama secara baik.

Tokoh Sentral pada Mudzakarah ’Ulama Serumpun Melayu abad 17 M

Berdasarkan arsip kuno berupa kaghas (tulisan dengan huruf ulu diatas kulit kayu) yang ditemukan di Dusun Penghapau, Semende Darat, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan yang diterjemahkan pada tahun 1974 oleh Drs. Muhammad Nur (ahli purbakala Pusat Jakarta), ada beberapa catatan sejarah. Bahwa pada tahun 1072 Hijriyah atau 1650 Masehi telah ada seorang tokoh ’Ulama yang bernama Syech Nurqodim al-Baharudin yang bergelar Puyang Awak yang mendakwahkan Islam di daerah dataran Gunung Dempo Sumatera Selatan.

Menurut buku ”Jagad Basemah Libagh Semende Panjang”, Terbitan Pustaka Dzumirah, Karya TG.KH. Drs. Thoulun Abdurrauf, dinyatakan bahwa pada abad ke 14 – 17 Masehi, kaum Imperialis dan Kapitalis Eropa (Portugis, Inggris, dan Belanda) telah merompak di lautan dan merampok di daratan yang diistilahkan dalam bahasa melayu, yaitu mengayau. Mereka dengan taktik devide et impera berusaha memecah-belah penduduk di Rumpun Melayu yang berpusat di Pulau Jawa dan Semenanjung Malaka. Maka para waliullah di daerah tersebut dengan dipelopori oleh Syech Nurqodim al-Baharudin pada tahun 1650 M / 1072 H menggelar musyawarah yang berpusat di Perdipe (Sekarang masuk wilayah Kota Pagar Alam, Dataran Gunung Dempo, Sumatera Selatan). Tujuan musyawarah ini antara lain guna menyusun kekuatan bagi persiapan perang bulan sabit merah untuk menumpas ekspansi perang salib di Asia Tenggara.

Masih menurut beliau, bahwa kosa kata ”belanda” konon adalah sebutan bahasa melayu untuk orang netherlands. Kata belanda berasal dari dua suku kata ”belah” (memecah) dan ”nde” (keluarga), maknanya ”tukang memecah-belah keluarga”. Berbeda maknanya dengan kata ”semende” dari dua suku kata ”same” (satu) dan ”nde” (keluarga), maka maknanya ”satu keluarga” yaitu persaudaraan mukmin.

Hasil Keputusan Mudzakarah Ulama Tempo Dulu

Keberadaan dan kegiatan dakwah yang dilakukan beliau lama-kelamaan mulai tersebar. Bahwa di daerah Batang Hari Sembilan telah ada seorang aulia yang bernama Syaikh Nur Qodim Al Baharudin. Banyaklah penghulu agama / pemuka agama dari berbagai daerah berdatangan memenuhi ajakan Puyang Nur Qodim untuk bermukim di Talang Tumutan Tujuh akhirnya diresmikanlah oleh Puyang Ratu Agung Empuh Eyang Dade Abang menjadi ”dusun Paradipe” (para penghulu agama) tahun1650 M / 1072 H sekarang dinamakan dusun Tue. Dari perluasan daerah inilah disebut wilayah jagad Semende Panjang Basemah Libagh.

Kegiatan pembukaan wilayah oleh Syaikh al Baharudin antara lain :

1. Pembukaan dusun dan Wilayah Pertanian Pagaruyung yang dipimpin oleh Puyang Ahmad Pendekar Raje Adat Pagaruyung dari Tanah Minang Kabau.

2. Pembaharuan dusun serta pemekaran Wilayah Peghapau yang dipimpin oleh Puyang Prikse Alam, dan Puyang Agung Nyawa beserta Puyang Tuan Kuase Raje Ulieh dari negeri Cina yang nama aslinya Ong Gun Tie
3. Pembukaan Dusun dengan pemukiman di dusun Muara Tenang oleh Putra Sunan Bonang dari Jawa. Di Tanjung Iman oleh Puyang Same Wali, di Padang Ratu oleh Puyang Nakanadin, di Tanjung Raye oleh Puyang Regan Bumi dan Tuan Guru Sakti Gumai serta di Tanjung Laut oleh Puyang Tuan Kacik berpusat di Pardipe

4. Pemekaran pembukaan wilayah Marga Semende, Muare Saung dan Marga Pulau Beringin (OKU).

5. Pembukaan wilaya Marga Semende Ulu Nasal dan Marga Semende Pajar Bulan Segirin Bengkulu

6. Pembukaan dusun dan wilayah pertanian di Lampung yakni Marga Semende Waitenang, Marga Semende Wai Seputih, Marga Semende Kasui, Marga Semende Peghung dan Marga Semende Ulak Rengas (Raje Mang Kute) Muchtar Alam.

Pendiri Adat Semende

1. Puyang Awak Syaikh Nurqodim Al Baharudin, bertempat tinggal di Perapau dan Muara Danau.
2. Puyang Mas Penghulu Ulama Panglima Perang dari Gheci Mataram Jawa.
3. Ahmad Pendekar Raje Adat Pagaruyung dari Minang Kabau (Sumbar).
4. Puyang Sang Ngerti Penghulu Agama dari Tebing Rindu Ati Bangkahulu (Bengkulu).
5. Puyang Perikse Alam dari Lubuk Dendan Mulak Basemah.
6. Puyang Agung Nyawe.
7. Puyang Lurus Sambung Ati dari gunung Puyung Banten Selatan Jabar.
8. Tuan Kuase Raje Ulie Depati Penanggungan.
9. Puyang Lebi Abdul Kahar dari Pulau Panggung.
10. Tuan Mas Pangeran Bonang Muara Tenang.
11. Regan Bumi Nakanadin samewali Tanjung Raya.
12. Tuan Kecil dari Tanjung Laut.
13. Ratu Agung Umpu Eyang Dade Abang (Bapak Nur Qodim – Puyang Awak).

Mengenai hasil keputusan yang di dapat, antara lain adalah munculnya rumusan kesepakatan ulama mengenai tahapan waktu kaderisasi ummat dan masa tegaknya daulah Islam di Rumpun Melayu. 

Rumusan ini menggunakan bahasa melayu setempat yang tercatat sampai saat ini dan mengandung pesan yang amat kuat, yaitu ”Tujuh Ganti Sembilan Gilir”. Terjemahnya adalah tujuh generasi dan sembilan masa pergiliran Kesultanan”. Satu generasi adalah sekitar 40 tahun sehingga makna tujuh ganti adalah 280 tahun masa pengkaderan atau persiapan ummat ummat Islam untuk bangkit dan mengusir penjajah dari Eropa. Terbukti sekitar 300 tahun kemudian dari tahun 1650 penjajah belanda angkat kaki dari negeri ini. Kemudian Kesultanan Mataram sebagai pusat komunikasi dari kesultanan lain di rumpun melayu diberi batas amanah sampai ke 9 kepemimpinan untuk selanjutnya menegakkan Syariat Islam secara total.

Itulah sekelumit kisah tentang Asal Muasal jeme kite menurut versi KJK, mungkin ade perbedaan dengan versi-versi yang lain.
Semoga dengan membaca Asal Muasal puyang kite ni, kite jadi lebih menghormati adat budaye kita dan sekaligus melestarikannye.




Payu Hala Lupe Bagi-bagi :
Share on FB Tweet Share on G+

Bace Juge:

19 komentar:

  1. Amin semoge banyak yang bace ....
    Maje pacak tuape titu semende

    BalasHapus
  2. Amin semoge banyak yang bace ....
    Maje pacak tuape titu semende

    BalasHapus
  3. Assalamaualaikum sanak keluarge. Maaf amu agak belainan pendapat. menurut crite turun temurun kisah puyangku (tangge batu). Adenye daerah semende tu karne ade perjanjian raje sriwijaya nga puyang madaknye "amu puyang pacak mbunuh pemberontak yang belaghi ke bangka tu, dijanjikah guleh hadiah tanah. Pas puyang berhasil mbunuh, akhirnye puyang madaknye minta tanah disekitar pinggir aik(sungai). Makenye jeme semende idup diparak aik tu. Amu kite busek ke daerah banyuasin, jangan maluan bebase sendighi, dikndak bebase cak mano. Karne nenek moyang madaknye ade ye pernah jd raje sebelum krajaan sriwijaya. Amu aku pribadi dikatekah jeme kisah banten, taruklah dik trime aku. Karne puyang madaknye ribang midang ghate ditambah beilmu besak. Amu jeme sebrang banyak jadi pacal jeme sendighi pai setuku. Dide ndak tepaku kisah buku, cukah kinai palak taguk tu palak keghas, mase palak keghas luk sendighi ni bemule kisah jeme sebrang yang ngglayuk luk daun ubi kene sebat. Kisa bentuk palak nga dagu jauh beda sendighi nga jeme sebrang. Sekali lagi maap sekedar masukan, kalu kalu pacak di revisi hhha

    BalasHapus
  4. semoga . aku aldi setue semende njak gunung merakse

    BalasHapus
  5. Salm sukses nk jme semende
    Aq nk numpang btanye,q dengae diadat semende itu ade namenye ilmu harimau putih,mkmne titu guk nian dkd???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Guk nian ningku ade ilmu titu, tp ame sekarang lah dekde lg ade ilmu2an luk itu kurase

      Hapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Terimakasih infonya.. Saya separuh Semende, jadi lebih banyak tau asal usul puyang jeme kite

    BalasHapus
  8. asslamualaikum...salam kenal...saya turunan semende...kakek dari kemu,baturaje

    BalasHapus
  9. asslamualaikum...salam kenal...saya turunan semende...kakek dari kemu,baturaje

    BalasHapus
  10. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  11. Mak mne kire kire ini saran atau ide ske ame kita buat kiah padepokn semnde .mangke kita nyatu kite buat musium adat semend brang barang peninggalan jeme kite .sejarah nye . Silsilah nye .mak mne kire kire setuju dikde.ini empai beladean saje

    BalasHapus
  12. Assalamualaikum, kenalka aku ni keturunan semende dari muara tenang nak tau sanak sanak dan dan silsilah keluarga tanye sm sapela yg pacak

    BalasHapus
  13. tuape jeme semende?tuape jeme besemah? karyan.sukarami.

    BalasHapus
  14. Asalamualaikum. Aq jeme semende dahat tinggal di bandar lampung. Lampung.
    Kami di lampung ade organisasi IPMS persatuan pemude mahasiswe semende selampung.
    Di dalam persatuan kami pule banyak sesepuh2 semende ye nceritekah luk mne kite semende dulu gah kisah2 nye.
    Sape tau wak an. Kakang. Ibung nining ape sape kinah ye ndak begabung au pacak.
    Karne kite pule lah mbuat grub kandek ngubrul kandek saling krnal karne kite ni mbak mne kinah masih sodare dri puyang kitr jeme semende.
    Amu ndak begabung ini no Wa ye pacak di hubungi. 085789126468.

    BalasHapus
  15. Tape perbedaan jeme besemah, semende, ogan,?

    BalasHapus
  16. Assalamualaikum saya dari palembang dan masih memiliki keturunan Ogan dari pihak ibu saya
    Yang saya tahu Ogan Semende dan Besemah berawal dari Puyang yang sama yang menetap di dataran tinggi Dempo(Sri mapuli hyang/Puyang Atung bungsu)
    Sebab kita memiliki persamaan bahasa asli yang masih digunakan sampai sekarang
    Jadi saya simpulkan
    Keturunan Puyang Dempo yang turun gunung dan membuat wilayah sendiri inilah yang kelak menamakan diri mereka sebagai jeme Ogan dan Semende sedangkan yang tetap menetap di sekitar Dempo inilah yang hari ini kita kenal sebagai jeme Besemah
    Jadi sebagai keturunan asli melayu sumsel yang berawal dari dataran dempo mari kita jalin persaudaraan yang kuat
    Karena kita harus bangga bahwa kita memiliki darah melayu asli sumsel yang memiliki sejarah yang panjang dan berpengaruh di Nusantara
    Salam sedulur dari Palembang

    BalasHapus
  17. Tuape perbedaan semende nga Pasemah tu 🙄

    BalasHapus